Pekerja bantuan Gaza kewalahan oleh ‘insiden korban massal’ di lokasi distribusi makanan

Dokter mengatakan ratusan orang terluka akibat tembakan Israel saat mencoba mencapai konvoi

banner 120x600

BJ.comPejabat medis, pekerja kemanusiaan dan dokter di Gaza mengatakan mereka kewalahan oleh “insiden korban massal” yang terjadi hampir setiap hari, saat berjuang menangani warga Palestina yang terluka akibat tembakan Israel, yang mencari bantuan.

Dokter mengatakan banyak korban yang mereka rawat, menceritakan soal penembakan saat korban mencoba mencapai lokasi distribusi Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), sebuah organisasi rahasia yang didukung AS dan Israel, yang mulai membagikan makanan akhir Mei ini, dilansir Guardian, Rabu (9/7/2025).

banner 300x325

Yang lainnya terluka saat kerumunan besar terbentuk di sekitar konvoi bantuan PBB, banyak di antaranya dihentikan dan dijarah.

Dr Mohammed Saqr, Direktur Keperawatan di Kompleks Medis Nasser Gaza di Khan Younis, mengatakan, ia secara pribadi menyaksikan banyak sekali insiden korban massal dalam beberapa minggu terakhir.

“Pemandangannya sungguh mengejutkan – menyerupai kengerian hari penghakiman. Terkadang hanya dalam waktu setengah jam kami menerima lebih dari 100 hingga 150 kasus, mulai dari cedera parah hingga kematian … Sekitar 95% dari cedera dan kematian ini berasal dari pusat distribusi makanan – yang disebut sebagai ‘pusat distribusi makanan Amerika’,” kata Saqr.

Korban jiwa di kalangan pencari bantuanmencapai 640 orang tewas dan lebih dari 4.500 orang terluka, pada 27 Mei hingga 2 Juli.

Menurut Kementerian Kesehatan di Gaza – hal ini telah membebani sistem yang dinyatakan sudah hampir kolaps.

“Setiap tempat tidur ditempati oleh pasien, dan cedera tambahan ini memberikan beban yang tak terbayangkan bagi kami. Kami terpaksa merawat pasien di lantai unit gawat darurat … Sebagian besar cedera ini adalah luka tembak di dada dan kepala … Pasien datang dengan kaki dan lengan yang diamputasi,” kata Saqr kepada Guardian.

Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengatakan pada Selasa bahwa para dokternya di Gaza, melihat peningkatan tajam selama bulan lalu atas insiden korban massal terkait lokasi distribusi bantuan.

Sejak peluncuran sistem distribusi bantuan baru, yang menurut Israel untuk mencegah Hamas mengalihkan bantuan kemanusiaan, rumah sakit lapangan ICRC berkapasitas 60 tempat tidur di Rafah, di selatan Gaza, telah merawat lebih dari 2.200 pasien luka akibat senjata dan tercatat sudah lebih dari 200 kematian.

“Skala dan frekuensi insiden ini belum pernah terjadi sebelumnya. Hanya dalam waktu satu bulan, jumlah pasien yang dirawat telah melampaui jumlah total yang terlihat pada semua kejadian korban massal selama tahun sebelumnya,” kata ICRC dalam sebuah pernyataan.

Di antara mereka yang terluka terdapat balita, remaja, lansia, ibu-ibu – dan sebagian besar, pemuda dan anak laki-laki.

Kebanyakan mengatakan mereka sebatas berusaha mendapatkan makanan atau bantuan untuk keluarga mereka.

Rumah sakit lapangan berkapasitas 86 tempat tidur yang dikelola oleh UK-Med di al-Mawasi, di pesisir selatan Gaza, juga sudah banyak menerima korban yang mencari pertolongan dan terluka.

“Sejak saya tiba, sudah banyak korban luka tembak. Mereka menceritakan bagaimana mereka terluka, dan mengatakan lukanya terjadi di atau dekat lokasi distribusi makanan,” kata Dr. Clare Jeffreys, spesialis gawat darurat asal Inggris yang bekerja di rumah sakit tersebut.

Seorang pasien dengan luka perut parah memberi tahu Jeffreys bahwa ia terluka saat tengah mengambil sekotak makanan di lokasi distribusi.

Tidak ada konfirmasi independen atas klaim tersebut dan GHF membantah adanya cedera di lokasi mana pun, dan menyalahkan pasukan Israel yang menembaki warga Palestina yang mencoba menggapai empat pusat yang sudah mereka bangun di Gaza selatan dan tengah.

Pernyataan tersebut menyatakan: “Hingga saat ini, tidak ada insiden atau korban jiwa di atau di sekitar lokasi distribusi kami selama jam operasional.”

Organisasi GHF menyatakan pekan ini mereka sudah mendistribusikan 62 juta makanan di wilayah tersebut dan “bekerja tanpa lelah untuk mendistribusikan bantuan makanan gratis langsung kepada masyarakat Gaza dengan aman dan tanpa gangguan”.


Militer Israel berulang kali mengatakan pihaknya tidak menargetkan warga sipil, dan mengambil semua tindakan pencegahan yang layak untuk menghindari bahaya bagi elemen non-perang dan mematuhi hukum internasional.

Namun, menyusul laporan surat kabar Haaretz yang mengutip tentara menjelaskan perintah untuk menembaki warga sipil saat mencari bantuan. Militer Israel mengatakan pihaknya tengah meninjau operasi di sekitar lokasi distribusi bantuan.

Jeffreys menjelaskan saat ini rumah sakit UK-Med juga menderita kekurangan pasokan dasar yang parah.

“Kami benar-benar kesulitan … Kami kehabisan fiksator eksternal, yang vital untuk [menangani] patah tulang terbuka, dan obat-obatan penting termasuk obat pereda nyeri, antibiotik, dan anestesi. Untuk beberapa barang, stoknya bahkan nol,” ujarnya.

Sistem perawatan kesehatan di Gaza telah hancur selama konflik 21 bulan.

Dalam serangan yang dilancarkan Israel ke Gaza, lebih dari 57.000 warga Palestina terbunuh, sebagian besar warga sipil, dan sebagian besar wilayah hancur menjadi puing.

Hampir separuh dari 36 rumah sakit di wilayah ini telah berhenti beroperasi, dan fasilitas yang tersisa beroperasi, hanya berkapasitas jauh lebih rendah dari biasanya.

Semuanya berjuang menghadapi kekurangan pasokan medis esensial dan peralatan dasar semisal resipirator, mesin sinar-X, pemindai, atau bahkan lampu untuk ruang operasi.

Selama 11 minggu, Israel telah memblokir semua makanan, obat-obatan, dan pasokan lainnya memasuki Gaza, menuduh Hamas mengalihkan bantuan untuk mendanai kegiatan militer dan kegiatan lainnya, meski PBB mengatakan sistem pemantauannya kuat.

Sejak pertengahan Mei, Israel telah mengizinkan masuknya sedikit bantuan, termasuk pasokan medis.

“Pada rotasi sebelumnya, kami menangani delapan hingga 10 kasus di ruang operasi. Saat ini, kami menangani 30-40 kasus per hari,” ujar Haitam al-Hasan, perawat ruang operasi di Rumah Sakit ICRC Rafah.

“Ada orang-orang yang berteriak, berlarian, dan berusaha menjadi yang pertama dalam antrean karena, tentu saja, semua orang ingin dirawat terlebih dahulu.

Kami menangani berbagai macam cedera, kebanyakan cedera kompleks, cedera akibat ledakan, tetapi terutama cedera akibat tembakan.” (new)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *